Senin, 07 Desember 2009

Tugas Perilaku Konsumen

 

TUGAS 1

 

 

  1. Identifikasikan alasan yang menyatakan bahwa pemahaman perilaku konsumen merupakan dasar pengembangan strategi dan perencanaan pemasaran !
  2. Pertanyaan analisis

Definisi konsep lingkungan. Factor-faktor lingkungan apa saja yang akan muncul di permukaan dalam sepuluh tahun mendatang yang mempengaruhi konsumsi minuman ringan?

Petunjuk : pikiran dalam istilah  perubahan bisnis global dan kecenderungan

                             Demografis.

 

 

 

 

 

1. Banyak aspek dari konsumen yang perlu dipelajari dan dipahami.  Pemahaman aspek-aspek konsumen tersebut akan memberikan dasar bagi penyusunan startegi pemasaran di masa datang. Beberapa alasan  penting dari perilaku konsumen bagi arah kebijakan pemasaran.karena perilaku konsumen ;

1.      Mendefinisikan dan mensegmentasi pasar.

2.      Menentukan kebutuhan dan keinginan dari segmen pasar.

3.      Mengembangkan strategi yang didasarkan kebutuhan, sikap dan persepsi konsumen.

4.      Mengevaluasi strategi pemasaran

5.      Menilai perilaku konsumen di masa yang akan datang

           PENDEKATAN PERILAKU KONSUMEN UNTUK MENENTUKAN PETA PERSEPSI PRODUK DAN STRATEGI PEMASARAN (STUDI KASUS PADA PRODUK MINUMAN RINGAN DI PALEMBANG)

Perilaku konsumen merupakan factor penting yang harus diperhatikan dalam upaya meningkatkan market share, salah satu elemen dari perilaku konsumen adalah keputusannya untuk menentukan pilihan membeli suatu produk atau tidak membeli. Informasi ini bagi produk sangat penting untuk menerapkan strategi pemasaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi factor-faktor perilaku konsumen dalam memilih produk minuman. Factor-faktor yang ditemukan ini dugunakan untuk menentukan peta persepsi produk dan memformulasikan strategi pemasaran. Penelitian dilakukan dengan cara riset dengan instrument wawancara dan penyebaran kuesioner kepada 200 orang responden. Dari 200 kuesioner yang disebarkan, sebanyak 168 responden mengambil kuesioner yang telah diisi.Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan analisa factor untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam pembelian minuman ringan. Selanjutnya dilakukan pembuatan peta persepsi produk dengan metode analisa komponen utama (principal Component Analysis). Data juga diolah dengan menggunakan uji peringkat bertanda Wilcoxon untuk membandingkan antara harapan konsumen dengan kenyataan yang ada mengenai minuman ringan. Dari hasil perhitungan analisis yang dilakukan, maka diperoleh kesimpulan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi konsumen dalam membeli minuman adalah rasa, promosi, prestise, kemasan, kemudahan, harga, menghilangkan dahaga, keanekaragaman jumlah isi dan praktis tidaknya produk. Dari kesembilan atribut tersebut, berdasarkan peta persepsi diperoleh bahwa minuman ringan sugus memiliki promosi yang tidak menarik, prestise terhadap merek yang kurang baik, sulit diperoleh, kemasan yang kurang menarik, jumlah isi yang tidak beraneka ragam dan tidak praktis. Sebaliknya minuman ringan sugus memiliki rasa yang cukup enak, harga yang murah dan menghilangkan dahaga. Berdasarkan uji peringkat bertanda Wilcoxon terhadap tiga atribut yang sesuai dengan harapan responden yaitu atribut rasa, harga dan menghilangkan dahaga.

 

 

 

 

 

2. BISNIS AIR MINUM DALAM KEMASAN

      Bisnis Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)/ minuman ringan  kian menggiurkan karena kebutuhan masyarakat akan air minum terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Masyarakat kota kini sudah pada taraf tak bisa lepas dari AMDK. Itu sebabnya  industri ini terus berkembang, dan perusahaan yang menggarap bisnis ini makin banyak.

Saat ini total konsumsi air mencapai 26 miliar liter per tahun. Padahal, ketersediaan air yang layak minum—berkualitas dan terjamin kesehatannya—makin sulit diperoleh.

Dari segi penjualan, industri ini mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Data dari Asosiasi Produsen Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) menunjukkan angka yang mengejutkan. Jika penjualan AMDK pada 2001 mencapai 5,4 miliar liter, setahun kemudian naik 31,5% menjadi 7,1 miliar liter. Lalu, pada 2003 meningkat 14,1% mencapai 8,1 miliar liter.

Aspadin menargetkan penjualan AMDK tahun ini tumbuh 10% menjadi 12 miliar liter. Peningkatan konsumsi diperkirakan terjadi pada semester II 2006 dengan asumsi musim kering mulai terjadi pada rentang waktu itu. Menurut Willy Sidharta, ketua umum Aspadin, seperti dikutip Bisnis Indonesia, dibandingkan pertumbuhan 2005 yang mencapai 11%, target penjualan tahun ini cenderung menurun karena kondisi musim yang tidak normal.

Meski AMDK bisnis “basah”, bukan berarti tak ada ganjalan. Selain musim yang idak normal, maraknya depot air minum “memaksa” industri AMDK mengoreksi targetnya.

Bisnis AMDK digarap oleh puluhan perusahaan, baik besar, menengah, maupun kecil. Menurut Aspadin, saat ini ada 480 perusahaan AMDK, tetapi yang berproduksi hanya 350—dengan 165 di antaranya tergabung dalam Aspadin. Kini ada kurang lebih 600 merek AMDK yang aktif.

Perusahaan AMDK ini eksis mulai 1973 dengan kapasitas produksi 6 juta liter per tahun. Kini mereka  memiliki kapasitas produksi kurang lebih 12,6 miliar liter per tahun (2005) dengan volume penjualan 10,1 miliar liter.

Bisnis AMDK pun dilirik oleh perusahaan asing. Itu karena pasarnya yang masih terbuka lebar. Tingkat konsumsi AMDK di Indonesia 36 liter per kapita per tahun. Angka ini  relatif kecil dibanding Thailand (70 liter per kapita per tahun), AS (80), Perancis (140), dan Italia (165).

Selain berperan dalam penyediaan air minum untuk konsumsi dalam negeri, produk industri AMDK juga menyumbang devisa. Produk industri AMDK telah masuk ke berbagai negara, seperti Singapura, Portugal, Timor Timur, Jepang, Malaysia, dan Hong Kong. Berdasarkan data, nilai ekspor produk AMDK pada 1999 mencapai US$3,9 juta dan turun jadi US$3,4 juta pada 2005.

Namun, di sisi lain, Indonesia juga mengimpor produk AMDK dari Perancis, Malaysia, dan Singapura. Kalau pada 1999 nilainya mencapai US$0,39 juta, pada 2001 turun menjadi US$0,31 juta. Sayangnya, pada 2005 impornya meningkat lagi menjadi US$0,99 juta.

Perkembangan industri ini juga diiringi dengan berbagai masalah yang timbul bersamaan. Di antaranya, ada beberapa industri AMDK yang masih belum menerapkan cara-cara berproduksi yang baik dan benar, maraknya penggunaan botol bekas, atau galon merek perusahaan lain, serta adanya pemalsuan penggunaan tanda SNI.

Belum diketahui berapa total pangsa pasar AMDK di Indonesia. Namun, total penjualan AMDK di Indonesia saat ini diperkirakan lebih dari Rp3 triliun per tahun. Dari angka tersebut, ternyata merek Aqua dan VIT menguasai pangsa pasar 45%, lalu sebesar 30% oleh merek-merek lain, yaitu AdeS, Total, Club, 2-Tang, dan Oasis. Sementara itu, 25% lainnya diperebutkan oleh ratusan merek yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Menjamurnya AMDK ini, selain karena praktis penggunaannya, juga karena rasanya yang cocok dengan lidah kebanyakan masyarakat Indonesia. Apalagi, dengan mengonsumsi AMDK, rasanya ada jaminan bahwa air yang diminum benar-benar sehat karena sudah melalui suatu proses yang ketat. Sementara bagi investor, industri AMDK merupakan salah satu primadona pilihan investasi karena, pertama, proses pengolahannya tidak terlalu rumit. Teknologinya mudah diperoleh. Kedua, investasinya tidak terlalu besar, apalagi dengan makin banyaknya perusahaan-perusahaan lokal yang mampu membuat mesin-mesin pengolahan AMDK dengan kualitas internasional. Ketiga, prospek pasarnya sangat menjanjikan.

Maka, tak heran jika di tingkat eceran AMDK menguasai 67% pangsa pasar minuman. Pangsa selebihnya dikuasai oleh minuman serbuk siap saji (11,75%) dan minuman berkarbonasi (10,42%).

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar